Tuesday, May 19, 2015

TUGAS 3

ILMU BUDAYA DASAR

KEINDAHAN
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman "keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya."
Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di jam (waktu) yang sepatutnya."
Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia matang."


Nilai Estetik
            Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
            ”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
            Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya. Nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
1.        Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (”instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik.

2.        Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik. Pengelompokan-pengelompokan pengertian keindahan dilihat dari beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini:
a.         Keindahan adalah sesuatu yang rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy).
b.         Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sarna lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten).
c.         Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
d.         Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan (Winehelmann).
e.         Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury).
f.          Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).
g.         Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).


KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan. Karena derajat atau tingkat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda.
Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.


RENUNGAN DAN KESERASIAN
TEORI-TEORI RENUNGAN
PENGERTIAN
Renungan berasal dari kata renung, artinya diam-diam memikirkan Sesutu atau memikirkan sesuatu dengan dalam dalam Renungan adalah hasil pemikiran dari suatu hal yang direnungkan atau dipikiran secara mendalam. Renungan biasanya berkaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan. Merenung disini berfungsi dalam pencarian solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam hidup. Tujuan dari sebuah renungan  itu sendiri yaitu perubahan hidup, tentunya perubahan hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Renungan terbagi menjadi beberapa tipe, antara lain:
1.      Renungan yang dapat menjadi sebuah inspirasi bagi seseorang serta dapat membuatnya bertindak secara nyata.
2.      Renungan yang berisikan dorongan yang dapat membuat seseorang menjadi merasa kuat dalam menghadapi suatu masalah.
3.      Renungan yang mengingatkan seseorang akan kesalahan yang telah dilakukannya, serta menjadi peringatan untuknya agar tidak mengulangi kesalahan tersebut.
4.      Renungan juga menjadi sebuah pemikiran seseorang dalam menciptakan suatu karya seni. Renungan dapat menciptakan suatu imajinasi bagi si perenung.

Adapun macam-macam teori renungan untuk menciptakan karya seni, anatara lain:
1.      Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa "Art is an expression of human feeling". Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa “art is expression of impressions” seni adalah ungkapan dari kesan-kesan. Expression sama dengan intuition yang berarti pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran anagan-angan (images).

2.      Teori Metafisi
Merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya dan sampai pada makna yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya. Sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Dan pada tahap yang lebih rendah terdapat realita duniawi yang merupakan cerminan semu yang mirip realita ilahi.

3.      Teori Psikologis
Salah satunya ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurutnya Seni merupakan semacam permainan yang menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Dan bagi Spencer, permainan itu berperan untuk mencegah kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan. Teori lain yang dimasukkan kedalam teori psikologis adalah teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagai suatu lambing atau tanda dari perasaan manusia.

TEORI-TEORI KESERASIAN
PENGERTIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang. Juga Keserasian merupakan harmonisasi, kesepadanan, keselarasan dan merupakan bagian atau yang dapat mewujudkan keindahan. Perpaduan misalnya Lagu atau nyanyian-nyanyian merupakan unsur pertentangan antara suara tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-halus yang terpadu begitu rupa sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati kita pun merasa puas, tetapi apabila dalam keasyikan itu tiba-tiba terdengar suara yang sumbang kita pun tentunya akan merasa kecewa dalam hal lagu irama yang indah merupakan pertentangan yang serasi.
Atau Keserasian merupakan kecocokan antara dua benda yang saling berhubungan. Keserasian dapat menciptakan sesuatu yang indah menjadi lebih indah dan lebih enak dipandang. Untuk menjadi serasi, tentu saja beberapa harus ada beberapa unsur dari keindahan tersebut yang dapat dipadukan dengan baik sehingga menciptakan keserasian yang maksimal.

Teori-teori keserasian, antara lain:
1.      Teori Objectif dan Teori Subjectif
Teori Objectif menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat (kulitas) yang memang melekat dalam bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pendukung teori objectif salah satunya adalah Plato, Hegel. Teori Subjectif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri sesorang yang mengamati suatu benda. Pendukung teori subjectif adalah Henry Home, Earlof Shaffesburry dan Edmund Burke

2.      Teori Perimbangan
Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dipahami dalam arti terbatas yakni secara kualitatif yang di ungkapkan dengan angka-angka, keindahan hanyalah kesan yang subjectif sifatnya dan berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari daya hidup, penggembaraan, pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Teori ini hanya berlaku pada abad ke-5 sebelum Masehi sampai pada abad ke-17 Masehi, selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni.


SUMBER:
id.wikipedia.org/wiki/Keindahan

No comments:

Post a Comment

Business English 2

Motivation Letter for Applying Information System Programme in Stevens Institute of Technology April 18, 2018 Graduat...