STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Suatu
keputusan tidak dapat terlepas dalam kehidupan kita sehari – hari, karena kita
selalu dihadapkan pada hal tersebut. Keputusan itu bersifat dari yang sederhana
sampai pada keputusan yang amat rumit dan sulit. Contoh yang sederhana, pada
saat kita baru bangun tidurpun kita sudah dihadapkan pada situasi yang
diharuskan kita untuk mengambil keputusan, apakah kita akan segera mandi atau
duduk duduk dahulu dan membaca koran pagi.
Seorang
pemimpin organisasi harus mampu mengambil keputusan, walaupun banyak faktor
lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap keputusanya, karena seseorang pada
saat tertentu sudah mengambil keputusan, tetapi hal ini bisa berbeda keputusan
disaat yang lain. Karena sebagian fungsi terpenting dari seorang pemimpin
adalah sebagai pengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil oleh
seorang pemimpin sangat berkenan dan menentukan
terhadap tindakan apa yang perlu dilaksanakan, siapa yang melakukan
serta kapan, dimana, dan terkadang bagaimana
tindakan itu dilaksanakan. Misalnya seorang presiden perlu melakukan
keputusan siapa yang menjadi anggota kabinetnya ; seorang manager harus membuat
keputusan tentang perlu tidaknya mengangkat pegawai tambahan, pembelian mesin
baru, atau memberhentikan karyawanya. Karena suatu keputusan itu sangat penting
maka kemampuan untuk membuat keputusan yang sangat tepat dan berkwalitas
menjadi suatu hal yang mutlak harus dimiliki seorang pemimpin.
Kebanyakan
pengambilan keputusan oleh seseorang berhubungan erat dengan pemecahan masalah
– masalah yang dihadapinya, seperti masalah pribadi, pekerjaan maupun sosial.
Beberapa pokok pemikiran penting tentang pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Pemecahan masalah oleh individu berkenaan dengan penggunaan
strategi pencarian alternatip yang relevan. Individu biasanya berusaha
meminimalkan hambatan melalui pemilihan strategi didalam memecahkan masalah.
2.
Perilaku pemecahan masalah
bersifat adaptif.
Individu mengawalinya dengan pemecahan yang tentatif, mencari informasi ,
memodifikasi solusi awal,dan melanjutkanya sampai terjadi keseimbangan antara
harapan dan realisasi hasil.
3.
Betapapun
terbatasnya situasi pemecahan masalah, factor kepribadian dan keinginan
individu akan memasuki pilihan strategi, penggunaan informasi dan keputusan
akhir.
Pada
umumnya para individu cenderung menggunakan strategi yang sederhana, walau
dalam masalah serumit apapun guna mendapatkan penyelesaian yang diinginkan,
karena penyelesaian itu dibatasi oleh informasi yang kurang sempurna, factor
waktu dan biaya, keterbatasan pikiran dan tekanan psikologis yang dialami oleh
pelaku pengambil keputusan.
KONDISI YANG
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
Selain
ketersediaan informasi yang sangat erat dengan hasil keputusan, juga hal – hal
lain yang mempengaruhi kondisi tersebut dan perlu diperhatikan, yaitu:
1.
Kondisi
Kepastian:
Kondisi kepastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan mempunyai informasi
yang lengkap mengenai masalah yang dihadapi, alternatip pemecahan masalah dan
hasil yang mungkin diperoleh, sehingga pengambil keputusan dalam kondisi yang
pasti, jika dirinya dapat mengontrol dan mengantisipasi sepenuhnya terhadap
kejadian yang akan timbul.
2.
Risiko: Risiko merupakan kondisi yang
dapat diindentifikasi, didefinisikan, diprediksi kemungkinan terjadinya dan
kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang diambil, biasanya kondisi yang
demikian itu timbul jika pengambil keputusan dalam keadaan keterbatasan
informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan ditetapkanya, sebaliknya ,
suatu risiko tidak akan terjadi jika pengambil keputusan dapat merumuskan suatu
kemungkinan secara obyektif.
3.
Kondisi
Ketidakpastian:
Merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki informasi yang
diperlukan dalam pengambil keputusan. Dalam hal yang demikian , pengambil
keputusan juga tak mampu untuk menetapkan berbagai kemungkinan yang akan
terjadi sebagai hasil dari pemilihan alternatif yang diambilnya. Karena
keputusan yang diambil bersifat spekulatif, dan sering kali mengandalkan
intuisi yang semata sebagai pedomanya.
PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Kata proses pada
dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu,
sehingga didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari:
1.
Intelligence
(Penyelidikan),
yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan.
2.
Design
(Rancangan),
yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan.
3.
Choice
(Pemilihan),
yaitu yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
GAYA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Perilaku seseorang
akan mendekati dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dan
gaya hidup adalah dua diantara contoh gaya yang mempengaruhi didalam mengambil
keputusan. Seperti halnya gaya ( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh
seseorang didalam melakukan pengambilan keputusanpun bermacam – macam. Menurut
Carl Jung ( 1923 ) seorang psikolog telah mengindentifikasikan empat fungsi
dalam kaitanya dengan pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Sensing
(Pengideraan),
yaitu yang berkaitan dengan tendensi untuk mencari fakta, bersifat realistis,
dan melihat sesuatu dalam perspektif yang obyektif. Karenanya fungsi ini menempatkan
nilai yang tinggi pada fakta yang dapat divertivikasi oleh penggunaan pancaindera , menyukai
rutinitas dan presisi.
2. Intuiting (Intuisi), yaitu berkaitan dengan tendensi
untuk mencoba menyingkap kemungkinan – kemungkinan baru guna mengubah cara
menangani sesuatu. Menyukai situasi yang baru dan unik , tidak menyukai hal –
hal yang bersifat rutin, detail dan presisi.
3. Thinking (Pemikiran) adalah tendensi untuk mencari
hubungan sebab akibat yang sistematik untuk dianalisis secara utuh, dan membedakan
dengan tegas antara yang benar dan yang salah, dan pemikiranya bertumpu pada
proses kognitif.
4. Feeling (Perasaan), yaitu tendensi untuk
mempertimbangkan bagaimana perasaan diri sendiri dan orang lain sebagai akibat
dari keputusan – keputusan yang dibuat, dalam hal ini ada perbedaan – perbedaan
antara yang baik dan buruk, bernilai dan tak bernilai.dan ia menggantungkan
diri pada proses afektif.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA KELOMPOK
Proses pengambilan
keputusan kelompok adalah salah satu corak proses pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ciri dari prosesnya ditandai dengan keterlibatan dan partisipasi
orang banyak. Sering kali keputusan semacam ini dianggap ideal dan dipergunakan
secara luas dalam organisasi . Namun, apakah hal ini berarti bahwa keputusan
kelompok selalu lebih disukai dari pada keputusan oleh individu sendiri ?
pertanyaan ini tergantung dari berbagai faktor, yaitu keunggulan dan kekurangan
dari keputusan kelompok tersebut, yakni :
a.
Keunggulan keputusan kelompok
Keputusan
individual dan kelompok ini masing – masing memiliki kekuatan sendiri –
sendiri, karenanya masing – masing juga tidak selalu ideal untuk semua situasi.
Namun beberapa keunggulan keputusan
kelompok dibandingkan dengan keputusan individual adalah sebagai berikut:
1.
Informasi
dan pengetahuan lebih lengkap. Dalam menghimpun sumber daya dari sejumlah
individu , berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses pembuatan
keputusan.
2.
Keragaman
pandangan lebih banyak. Selain masukan yang banyak, kelompok dapat membawa
serta heterogenitas mereka kedalam proses keputusan. Hal ini membuka peluang
bagi lebih banyak pendekatan dan alternatip yang akan menjadi pertimbangan.
3.
Penerimaan
keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan
diambil, karena orang – orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut.
Akan tetapi , bila orang yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang
tersebut dapat ambil bagian dalam proses pembuatanya, maka mereka lebih
cenderung untuk menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang lain untuk
menerimanya.
4.
Legitimasi
keputusan lebih kuat. Masyarakat kita menghargai metode – metode yang
demokratis. Proses pengambilan keputusan kelompok yang konsisten dengan sikap
demokratis dipandang lebih memiliki keabsahan dari pada keputusan yang dibuat
oleh seorang individu.
b.
Kekurangan keputusan kelompok
Disamping
keunggulan – keunggulanya. Sudah barang tentu keputusan kelompok juga
mengandung kelemahan. Beberapa kekurangan keputusan kelompok antara lain:
1.
Memakan
waktu.Untuk
membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan waktu tersendiri. Proses
interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga sering sekali tidak
efisien. Akhirnya kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai
kesepakatan terhadap sebuah solusi dari pada yang dapat dilakukan seorang
individu. Hal ini tentu saja membatasi kemampuan manajemen untuk bertindak
cepat pada saat diperlukan.
2.
Tekanan
untuk sependapat.
Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan dipertimbangkan sebagai aset bagi
kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda pendapat,
dan mendorong persesuaian diantara sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini juga
mmendorong terjadinya pemikiran kelompok ( groupthink ) akan dimana tekanan
kelompok mengarah pada menurunya efisiensi mental, minimnya uji realitas, dan
kurangnya pertimbangan moral.
3.
Dominasi
oleh minoritas.
Boleh jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota Jika koalisi dominasi ini juga terdiri
anggota yang berkemampuan rendah dan menengah, maka efektifitas kelompok secara
keseluruhan akan mengalami gangguan.
4.
Tanggung
jawab yang kabur.
Anggota kelompok sama berbagi ( share ) tanggung jawab, tetapi tak jelas siapa
yang bertanggung jawab, sedangkan pada keputusan kelompok tanggung jawab dari
setiap anggota diabaikan.
TEKNIK
– TEKNIK KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Bentuk yang paling
lazim (tradisional) dalam proses pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam
interaksi tatap muka. Dalam hal ini, teknik – teknik brainstorming (sumbang
saran), nominal group (kelompok nominal), dan delphi telah dianggap sebagai cara
yang baik untuk meminimalkan berbagai masalah yang timbul didalam interaksi
kelompok tradisional itu.
1. Brainstorming
Teknik
brainstorming adalah salah satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya teknik
ini untuk menggali dan mendapatkan gagasan – gagasan dari anggota kelompok.
Karena, teknik brainstorming lebih berfokus pada penggalian gagasan daripada
evaluasi gagasan. Semakin banyak gagasan yang digali, maka semakin besar
peluang untuk mendapatkan solusi kreatif atas sesuatu masalah yang dihadapi. Namun
demikian teknik ini mengandung beberapa kelemahan , Yaitu : a..Hanya dapat
diterapkan pada masalah – masalah yang sederhana b. Sangat memakan waktu dan biaya, c. Hanya
menghasilkan ide – ide yang dangkal.
2. Nominal
group technique
Berbeda
dengan brainstorming, nominal group technique (NGT) berkenaan dengan penggalian
dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan – gagasan digali secara
nominal ( tanpa interaksi ) guna menghindari hambatan dan permufakatan.
Selanjutnya, pada waktu evaluasi atas gagasan, interaksi dan diskusi
dimungkinkan, namun dalam situasi yang terstruktur agar setiap gagasan
mendapatkan perhatian yang proporsional.
3. Delphi
Technique
Teknik
delphi sedikit berbeda dengan NGT, dalam mana prosesnya semata mata tergantung
pada kelompok nominal( para pakar ) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak
melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan teknik ini sangat mungkin kita
dapatkan sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka pada disatu tempat pada
waktu yang sama. Perlu ditekankan disini bahwa para pakar tersebut tidaklah
membuat keputusan akhir, tetapi lebih sebagai penyaji informasi bagi pengambil
keputusan dalam organisasi. Inti dari teknik ini pada penggunaan serangkaian
kuisioner yang dikirimkan kepada responden untuk mendapatkan masukan.
Selanjutnya dari jawaban yang mereka masukan diolah lagi oleh pihak pengambil
keputusan untuk merumuskan rangkuman – rangkuman yang kemudian akan digunakan
sebagai bahan pengambilan keputusan. Sesungguhnya teknik ini kelihatanya ilmiah
dan secara teoritis dapat memanfaatkan pikiran para ahli yang bermutu tinggi,
akan tetapi teknik delphi juga mengandung kelemahan, seperti : a. memakan waktu
lama, dan b. Perlu ketrampilan bahasa
yang tinggi untuk menyusun kuisioner yang baik dan sesuai dengan masalah yang
diangkat.
CONTOH KASUS:
Di
awal-awal tahun, perusahaan Niketidak memiliki sumber dana untuk membeli sebuah
pabrik atau mempekerjakan banyak karyawan. Modal yang dimiliki oleh Knight
sangat kecil dan ia tidak bisa membeli sepatu dari Asia. Sebenarnya Nike
termasuk hollow corporation karena tidak memiliki pabrik manufacture sendiri,
Nike hanya perantara antara supplier dengan retailer.
Nike
fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja yang murah
dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam
research and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen sepatu atletik
nomor 1 di dunia. Untuk memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang
tinggi, Knight menuntut mereka untuk mempunyai hubungan dengan perusahaan
lainnya. Jika supplier percaya dan bekerja sama dengan Nike, Knight memastikan
bahwa mereka akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian jika salah satusupplier
menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap menjaga
kualitas yang ditetapkan.
Ditahun
1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan Nike. Si
pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa. Data
statistic mereka menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak menggunakan
sepatu tersebut untuk atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima
lebih baik oleh konsumen. Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru,
Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan mengambil posisi Nike sebagai
produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada Nike untuk memberhentikan
350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami kekacauan, Knight kembali ke
posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu
nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike memiliki
anggaran iklan yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh
para pengecernya. Knight sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just
Do It” lewat televisi nasional dan majalah. Di bawah image baru Knight,
superstar seperti Michael Jordan dan Bo Jackson memberi merek sepatunya
sendiri, kampanye “Air Jordan” dan “Bo Knows” menunjukkan pada konsumen bahwa
atlet terbaik di dunia memakai Nike.
Bagaimanapun
suksesnya Nike, mereka akan selalu menghadapi kompetisi. Reebok adalah industri
nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk menjadi nomor satu lagi.
Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing Nike, tidak lama
setelah perusahaan mendapat keuntungan produksi. Jika Nike melanjutkan
perkembangannya, Phil Knight dan staffnya harus melanjutkan untuk mengembangkan
inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan image atletik.
PERMASALAHAN
Nike
adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit,
Nike tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya
menggunakan image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu
untuk menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para
pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga yang ditawarkan supplier
sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.
Sebagai
contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi
Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang manufaktur sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi
berbagai tipe running shoes dalam
berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe sepatu
telah diberikan oleh pihak Nike untuk
kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah
ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan oleh PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam
negeri. Semua hasil produksi yang telah
ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton (USA) untuk kemudian akan diekspor lagi ke
negara lain, seperti Perancis, swedia,
India, Belgia, Kanada, USA, Afrika
Selatan, Argentina, Uruguay, Chillie.
Nike
sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama bila
harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja
karena mereka tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan
tunjangan pekerja otomatis akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan
harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi di China, Vietnam, Indonesia dan
Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi kerja yang buruk serta
eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka
terutama kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya, sehingga
mengefisienkan dan meminimalisir ongkos produksi.
Knight
tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike
mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang
dipercaya oleh Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight
mengubah image Nike dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Padahal
saingannya Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu untuk aerobik, sehingga
konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan baru untuk
mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan
yang secepatnya.
ANALISIS
Strategi Nike dalam membuat image
yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu klub olahraga sehingga akan
timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini tidak
dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu
event olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya
masalah ataupun konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih
ke merek lain. Hal ini karena ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen
fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah konsumen yang menilai.
Krisis yang dialami Nike pada
tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan organisasi. Menurut Lary Greiner
ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas, 2) pengarahan, 3)
pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami krisis disaat
tahap pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga
keputusan bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan
terobosan kilat untuk membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris
“intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam sistem relationship yang
berjalan, baik diantara individu, kelompok, maupun organisasi, dengan tujuan
membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam intervensi, terkadang perlu
mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi terbanyak dapat
dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight merupakan
intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy mencoba
menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu
secara khusus. Organisasi tersebut mencoba menciptakan kesan yang menguntungkan
bagi produk-produknya melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing.
Hal tersebut salah satu strategi yang dilakukan oleh Knight dengan menciptakan
produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak lepas dari image olah raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi
yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer. Keuntungan Nike didapat
dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan retailer
lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike karena dengan hal
tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk menjual sepatunya dengan lebih
murah.
Etis dan tidak etisnya Nike
menggunakan supplier Asia sehingga mereka saling bersaing tidaklah dapat
dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem
semacam tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih
baik sehingga akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan kualitas yang sama
tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang pekerja hal ini bisa menjadi sebuah
ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut untuk bekerja lebih giat demi untuk
meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para pekerja bekerja di luar
jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang berhak
memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat
mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih
murah. Isu ini muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan
yang dibuat oleh anak-anak pekerja di bawah umur.
Apabila supplier dari Amerika
atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun bagi konsumen. Bagi
Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja yang
murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang
lebih tinggi bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua
kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih
karena produk dibuat di Amerika atau Australia yang sangat memperhatikan
kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena konsumen percaya pada
Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan dianggap sama
saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam
mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan
solusinya yang cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983
membuat Nike dapat bertahan dan mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai
produsen sepatu di dunia. Membicarakan keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill
Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat berjasa dalam mendirikan Nike, ide
untuk memberi semacam karet di sepatu olahraga datang darinya yang disebut waffle
sole. Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada lintasan
lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh
Bowerman menggunakan latex, leather, glue dan waffle iron istrinya. Saat itu
mereka memproduksi 330 pasang sepatu.
Sumber:
No comments:
Post a Comment